أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيْمِ

          Tak bisa dihindari lagi, manusia harus hidup dan bergaul dengan manusia lain,rekan kerja,boss atau atasan kita,bawahan,tetangga,kenalan dsb. Karena terus menerus (harus) berhubungan dengan orang lain itulah, kita disebut makhluk sosial. Nah, dalam interaksi sosial itulah, sadar atau tidak (tapi sebaiknya memilih sadar aza hehehe), kita sedang melakukan transaksi pengaruh mempengaruhi.
      Jadi intinya manusia bisa mempengaruhi orang lain. Orang berprilaku buruk bisa menularkan keburukannya, orang yang baik bisa melakukan yang sebaliknya. Sekarang tinggal kita mau yang mana, bergaul dengan orang jahat dan ikut menjadi jahat atau bergaul dengan orang jahat itu dan mengubah mereka untuk meninggalkan kejahatan, atau bergaul dengan orang baik-baik saja biar kita tak pernah berpikir untuk menjadi jahat atau penjahat?
          Baiknya kita bergaul itu mempunyai dua kemungkinan, pertama dia menampakkan dirinya sebagai seorang Muslim. Kedua dia mengajak orang lain. Orang yang berdiam diri itu hanya menyelamatkan dirinya sendiri dan tentu orang ini tidak lebih berharga daripada orang yang mampu menjaga tetap sholeh di tengah ketolehan orang lain. Kalau orang sholeh di tengah kesholehan itu biasa, tapi kalau orang sholeh di tengah ketolehan itu baru luar biasa.

Mengetahui Tujuan 
          Memilih pergaulan kadang bukan soal sederhana. Dunia yang modern, yang memungkinkan kita bergaul dengan bermacam-macam manusia dari berbagai penjuru dunia dengan latar belakang sosial, agama,ekonomi yang beranekaragam, kadang menempatkan kita pada situasi "tidak punya pilihan". Banyak situasi yang seolah menjebak seseorang, memaksanya berinteraksi dengan orang-orang yang bisa menularkan atau memaksakan keburukan.
          Oleh karena itu, seorang Muslim harus tahu apa sih target hidupnya, tujuan hidupnya. Dan juga harus memahami betul apa yang dia perjuangkan,demikian menurut Psikolog Ledia Hanifa,S.Si, MPsi.T.
          Kalau kita bekerja di sebuah instansi pemerintahan atau swasta atau organisasi, dengan bos yang bersikap amat baik pada kita tapi suka berhura-hura (korupsi,judi,ke cafe, mabuk), akan sekuat apa kita bertahan untuk tidak ikut-ikutan perbuatannya.
          Apa yang akan membuat kita menjadi "luar biasa". Apa yang kira-kira menjadikan kita tetap istiqomah. Bagaimana kita bisa berbicara dan didengar oleh teman-teman kita yang masih gemar minuman keras,ke cafe, merokok dsb tanpa kita harus ikut teler,ngepul,atau godek,bahkan kita membuat mereka menghentikan kebiasan buruk mereka itu?
          Karenanya sejak awal kita harus memposisikan diri kita, sehingga orang lain jadi tahu siapa kita, bisa memagari agar tidak terseret oleh mereka. Kita bisa bergaul dan berkumpul dengan semua orang, tapi tetap kita tunjukkan identitas kita dimanapun kita berada. Mungkin kita akan merasakan ketidaknyamanan ketika berada bersama orang yang beda dengan kita,tapi hal itu jangan sampai membuat kita kehilangan identitas kita sebagai Muslim. 
Seperti yang terungkap dalam sebuah hadist :
"Janganlah kamu menjadi orang yang tidak mempunyai sikap. Bila orang melakukan kebaikan maka aku pun melakukannya. Namun bila orang melakukan keburukan maka aku pun ikut melakukannya juga. Akan tetapi jadilah orang yang mempunyai sikap dan keberanian. Jika orang melakukan kebaikan maka akan melakukannya. Namun jika orang melakukan keburukan maka aku tinggalkan sikap  buruk mereka." (HR Tirmidzi).
          Dengan kehadiran kita di tengah mereka, setidaknya mereka punya pembanding, sehingga mereka bisa berpikir bahwa ada pandangan yang berbeda dengan mereka. Dan bagi kita, justru dengan bergaul itulah kita mempunyai sebuah kesempatan untuk mengajak mereka ke arah kebaikan dan mencegah mereka dari hal yang munkar, amar ma'ruf nahi munkar.

Mempuyai Skill
       Tidak bisa tidak kita harus menguasai persuasi, yaitu serangkaian metode aktif untuk menggunakan pengaruh kita guna mendorong orang lain (objek dakwah) untuk mengadopsi tindakan,pikiran atau prilaku kita.
          Nah syarat utama untuk menjadi insan gaul yang luar biasa itu adalah tentu pemahaman kita tentang dien ini dulu yang dikuatkan. Yang kedua kita harus punya skill untuk berinteraksi, bagaimana kita membangun persepsi positif, bagaimana kita berinteraksi, bagaimana kita berhubungan dengan orang,bagaimana kita membangun lobi atau jaringan dsb.
          Dan skill itu mau tidak mau harus kita cari dan kita bangun,bukan malah mencari excuse dengan mengatakan bahwa kita tidak mempunyai kemampuan apa-apa untuk mempengaruhi orang lain. Meskipun kita tidak mempunyai skill itu, justru kita harus melatih,menambah untuk mendapatkan kemampuan itu. Terus yang namanya skill itu mempunya jam terbang yang sangat berpengaruh sekali kepada kemampuan itu sendiri. Jadi, memang harus terus menerus dipelajari.
           Teknik persuasif lebih mengandalkan "daya tarik" ketimbang paksaan. Dan inilah yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya. Ingat bagaimana Rasulullah (dan para Rasul sebelumnya) lebih dulu membuat orang nyaman dan terkesan oleh akhlak mulia mereka, bukan dengan lebih dulu menjejalkan doktrin ini itu.
          Secara sederhana,pada proses persuasi tergantung pada empat faktor si pembawa perubahan itu yakni kita sendiri, pesan yang dibawa,objek dakwah,dan media atau cara kita menyampaikan.

Sabar dan Ikhlas
          Selanjutnya, semua harus dikerjakan dengan ikhlas dan sabar. Tanpa dua hal itu, stamina dakwah akan lekas melempem. 
          Dan untuk sekedar mengingatkan kembali, kita tidak sedang membicarakan atau mengajak untuk menjadi da'i yang berpengaruh dan terkenal. Sebab untuk berdakwah, kita tidak harus terkenal  atau mempunyai pengaruh besar dulu meski ketenaran bisa menjadi faktor pendukung dakwah (Rasulullah terkenal sebagai Al-Amin sebelum berdakwah sebagai rasul).
          "Pendakwah adalah semua orang yang mampu melakukan perubahan dan itu semua orang bukan sebatas da'i saja. Atau minimum orang yang berani menyuarakan kebenaran di manapun ia berada dan orang yang mampu melakukan perubahan. Yang diam saja dia bukan da'i dan bukan pendakwah yang mengajak ke jalan kebenaran," demikan pendapat Ketua Bidang Kajian IKADI.
         Nah apa kita mau cuek, bahkan rela jadi objek yang mendapat pengaruh buruk dari orang lain?

Semoga dapat menambah khasanah ilmu kita.

Identitas Wanita Islami 2009

0 komentar:

Posting Komentar


ShoutMix chat widget