أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيْمِ
Bismillahirrohmanirrohiim..
قَدْ سَمِعَ ٱللَّهُ قَوْلَ ٱلَّتِى تُجَدِلُكَ فِى زَوْجِهَا وَتَشْتَكِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَٱللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَآ ۚ إِنَّ ٱللَّه
سَمِيعٌۢ بَصِي
membaca surat Al mujaadillah jadi teringat tentang kisah seorang wanita yang berani menyampaikan kebenaran dan meluruskan berbagai penyimpangan dengan kata-katanya yang indah dan tersusun rapi. Hmm... jadi ingin baca kisahnya lagi.
Wanita itu bernama Khaulah binti Tsalabah bin Ashram bin Fahar bin Tsa'labah Ghanam bin Auf. Beliau dinikahi oleh Aus bin Shamit bin Qais, saudara dari Ubadah bin Shamit ra. Dari Aus beliau dikarunia seorang anak laki-laki bernama Rabi". Mereka tinggal di suatu rumah kecil. Sejarah mencatat suaminya memiliki kepribadian yang keras. Beliau selalu sabar dalam menghadapi sikap keras dari suaminya itu.
Suatu kali, tatkala ia mengingatkan suaminya, Aus bin Tsamit, suaminya tampak murka. Serta merta muncullah kalimat dari mulut Aus, "Bagiku Engkau seperti punggung ibuku." Buat Khaulah perkataan ini sudah melampaui batas, baginya suaminya tersebut telah menziharnya, sehingga ia menolak saat Aus menginginkan dirinya. Khaulah menolak bukan tanpa sebab. Ia ingin mengatahui bagaimana hukum Allah yang berkaitan dengan masalah yang baru terjadi di dalam sejarah Islam itu.' Khaulah berkata,"Sekali-kali jangan dulu. Demi Zat yang jiwa Khaulah ada dalam kekuasaan-Nya. Janganlah engkau sekali-kali menyentuhku, sebab engkau telah mengatakan apa yang engkau katakan tadi, sampai Allah dan Rasul-Nya menghukumi persoalan ini."
Kemudian Khaulah datang menemui Rasulullah SAW, menyampaikan masalah tersebut. Rasulullah membenarkan sikap Khaulah. Kalimat seperti itu telah menyatakan bahwa Khaulah telah haram bagi suaminya. Tapi Khaulah pun merasa berat jika harus bercerai dari suaminya. Sehingga akhirnya dia berdoa kepada Allah, agar memberikan solusi terhadap masalahnya ini. Subhanallah, Allah mendengar perkataan Khaulah.
Khaulah mendengar langsung firman Allah dari Rasulullah SAW bahwa pasangan ini dapat hidup bersama kembali, asalkan sang suami menarik perkataannya dan memenuhi sejumlah syarat yang Allah tetapkan. Rasulullah berkata," Yaa Khaulah suruhlah suamimu memerdekakan seorang budak". Namun suami Khaulah tidak memiliki apa yang dapat dimerdekakan. Kemudian Rasulullah berkata," atau suruh suamimu melakukan apa yang Allah perintahkan yaitu Shaum dua bulan berturut-turut". Khaulah mengetahui kelemahan suaminya yang sudah tua, tidak mampu lagi Shaum dua bulan berturut-turut. Akhirnya Rasulullah bersabda," Berilah makan oleh suamimu enam puluh orang miskin dengan satu gantang ( enam puluh kati ) kurma". Khaulah menjawab,"dia tidak memiliki sekian banyak kurma". Kemudian Rasulullah berkata," Kami akan membantumu dengan sebagian kurma". Mendengar itu Khaulah dengan cepat menyambung,"dan dari aku sebagian yang lainnya, yaa Rasulullah". Sabda Rasul,"baik sekali, pergilah segera dan sedekahkanlah kurma itu dan berlaku baiklah terhadap suamimu itu".
Itulah Islam!. Kemudahan dan kelapangan dalam menjalankan ajarannya mendapat perhatian Islam. Momen itu tercantum dalam QS Mujaadillah ayat 1- 4. Karena peristiwa ini Khaulah disegani, kata-katanya pun didengar oleh banyak orang, bahkan Amirul Mukminin saat itu, Umar bin Khattab sangat segan kepadanya. Suatu ketika pemimpin kaum Muslimin itu dinasehati oleh Khaulah, " Hai Umar, aku ingat dahulu ketika di pasar Ukadh dan waktu itu namamu masih Umair. Engkau menakut-nakuti dengan tongkatmu, lalu kemudian namamu menjadi Umar. Lalu kini engkau telah dipanggil dengan sebutan Amirul Mukminin makan bertakwalah kepada Allah dalam kesejahteraan rakyat. Ketahuilah barang siapa takut dengan ancaman Allah, maka Allah akan mendekatkan baginya segala yang jauh. Dan barang siapa yang takut dengan mati dan kehidupan sesudahnya, dia akan selalu takut menyia-nyiakan waktu yang bermanfaat".
Demikianlah Khaulah dengan lama berdiri menasehati Umar bin Khattab, dan Umar mendengarkan dengan penuh perhatian dan kesabaran. Salah seorang yang menyaksikan kejadian tersebut berkata kepada Umar," Yaa Amirul Mukminin, wanita tua ini meremehkan dan melelahkan engkau". Umar pun berkata,"Tidakkah engkau mengetahui siapa dia? Inilah Wanita yang perkataannya telah didengar Allah dari atas langit ketujuh. Dialah Khaulah binti Tsalabah penyebab turunya awal surat Al Mujaadillah. Demi Allah apabila dia berdiri semalam suntuk aku tidak akan meninggalkannya kecuali untuk sholat, dan setelah sholat aku akan cepat kembali untuk menjumpai dan memperhatikannya. Jika Allah saja mendengar perkataan wanita ini, maka Umar lebih berhak mendengarkan perkataannya".
0 komentar:
Posting Komentar